Tuesday 13 March 2018

Rindu Menonton Ludruk Bersama Papa

bernavita

Ketika saya Sekolah Dasar Papa sering sekali mengajak saya untuk menonton pagelaran wayang, ketoprak, ludruk dan lain sejenisnya. Sampai ketika saya masuk Sekolah Menengah Pertama dan kaget ketika mengetahui adanya extrakulikuler gamelan. Dengan segera saya memberi tahu Papa. Antusias Papa semakin wah. Raut wajahnya berubah seketika seperti ada yang tersirat dari pancaran matanya.

Beberapa kali saya mendengar dari ruang kelas suara setiap alunannya membuat aliran darah mengalir deras. Hingga saya memberanikan diri untuk mengintip di balik pintu seusai pelajaran. Saya menikmati alunan musiknya.

Setiba di rumah, saya konfrimasi ke Mama untuk mendaftarkan saya extrakulikuler gamelan tersebut, entah bagaimana lanjut ceritanya saya menjadi bagian dari ekskul gamelan. Seiring berjalannya waktu saya semakin menikmati setiap latihan. Oh, iya, saya sebagai sinden. Suara yang enggak seberapa ini masih dipercaya untuk menjadi sinden. Kami -saya dan teman-teman extrakulikuler gamelan- akhirnya melakukan pentas untuk pertama kalinya. Bertempat di Museum Wayang yang kemudian dihadiri oleh Pak Sutiyoso dan pejabat lainnya membuat dengkul saya mendadak lemas. Saya grogi banget. Teman-teman lainnya tetap mengalunkan alatnya masing-masing. Setelah itu, pentas kami tetap dilanjutkan ke berbagai kalangan, mulai dari mengiri pengantin dan selametan rumah baru hingga undangan pribadi dari pejabat lainnya.

Saya dan papa masih sering pergi bersama untuk menikmati wayang, ludruk dan lainnya hingga saya kuliah semester satu. Setelah saya mulai disibukkan sebagai status karyawan dan mahasiswi karyawan malam. Papa juga sudah semakin sibuk dengan pergi dinas luarnya. Hingga saat ini kami belum lagi menonton wayang kesukaan Papa.

Tepat Sabtu lalu, saya mengajak Papa untuk menonton ludruk namun Papa tampak sibuk sehingga menolak ajakan saya. Akhirnya saya tetap menonton ludruk tersebut untuk mengobati rindu saya menonton ludruk bersama Papa.


bernavita

Jarang banget kan saya membahas hal Budaya seperti ini pada blog. Sejujurnya ketika saya melakukan perjalanan atau travelling saya lebih menyukai perjalanan budaya. Contohnya? Ketika di Purwokerto kemarin saya mengunjungi Museum Awayang Sendang Mas. Ternyata di dalamnya terdapat alat gamelan lengkap. Saya dan beberapa teman-teman mencoba untuk memainkan beberapa alat gamelan tersebut. Ah, rindunya minta ampun.

bernavita

Ludruk yang saya nikmati akhir pekan lalu adalah ludruk yang dipersembahkan dari Paguyuban Genaro Ngalam. Dengan tema Misteri Istana Songgoriti yang kemudian diperankan oleh beberapa artis ludruk kawakan seperti; Tesy, Ribut, Polo, dan Kadir. Misteri Istana Songgoriti menceritakan kisah sepasang calon pengantin yang mana calon pengantin wanitanya diculik oleh bangsa jin dari hutan Songgoriti. Kemudian diselamatkan oleh calon Ibu Mertua-nya. Kira-kira seperti itulah ceritanya, lebih detail ceritanya ada baiknya kamu mengikuti Paguyuban Genaro Ngalam ini. Karena mereka intens mengadakan acara seperti ini 2 tahun sekali.

bernavita

bernavita

Jangan bingung, ketika kamu duduk lalu kamu akan mendengarkan suara gending gamelan dan penyanyi yang seolah menyanyinya mendayu-dayu. Nyinden memang begitu. Tontonan ludruk seperti ini sudah sangat jarang bisa saya nikmati. Bukan karena lokasinya yang jauh, namun memang sekarang ini lebih sering terdengar film-film yang tayang di bioskop ketimbang jadwal tayang ludruk.

Selesai menonton ludruk ini, saya tepuk tangan paling meriah dan senyum-senyum. Senyum rindu ketika menoleh ke samping saat saya menonton bersama Papa.

13 Maret 2018,
Kantor
Kesayangan Kamu.

Psst : 4 foto ini dibidik oleh tim geng kuliner hits kesayangan Arisman.

7 comments:

  1. Aku kangeeen banget sama mas tesy, meskipun cuma tampil sebentar cukup mengobati rasa rindu ini :')


    Bena nyinden?
    Ok baiq next kalo minta pijet nembang lingsir wengi dulu yesh!

    ReplyDelete
  2. semacam opera gitu ya kak ben ?

    ReplyDelete
  3. Aku juga kangen nonton Ludruk. Dulu pernah pas waktu kecil. Energi performa para pemain beneran kerasa sampai ke penonton

    ReplyDelete
  4. Saya sih belum pernah nonton ludruk secara langsung.
    Paling banter cuma nonton wayang kulit, itupun waktu lagi berlibur ke Solo ��
    Kayaknya seru ya nonton ludruk ini.
    Tapi sayang sih di Papua gak ada, hahaha.

    ReplyDelete
  5. Jaman sekarang acara-acara kayak gini udah mulai jarang banget. Dulu padahal di desaku hampir tiap bulan pasti ada pertunjukan wayang. Dan biasanya diajakin bawak buat nonton wayang semalam suntuk. Sekarang udah gak pernah lagi~ terakhir nonton wayang di keraton jogja malah.

    ReplyDelete
  6. duh ngeces
    klo aku kenangan nonton ludruk sama alm eyang kakung
    sekarang sulit banget cari show ludruk yang masih eksis
    ludruk itu seru, ngomongnya Jawa Timuran yang kasar itu
    jadi mesti pemainnya lucu2
    fav aku kirun sama kartolo

    ReplyDelete
  7. Masih bisa nyinden gak Bena? Keceeee bangetlah.. Jadi terharu ini bacanya.. :) Dulu waktu kecil juga beberapa kali nonton wayang orang pas di Solo. Ya ampun ku jadi kangen.. :)

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan kalau mau jadi kesayangan aku :) JANGAN PAKAI AKTIF LINK YA!
Jika ingin kasih sayang berlebih bisa ke benbenavita @ gmail . com