Wednesday 6 November 2019

November 06, 2019 1

Tolak Plastik Sekali Pakai bersama Ades dan Gojek

Semenjak bekerja pada negara saya menjadi semakin notice dengan masalah sampah plastik. Terlebih lagi, tempat saya bekerja menangani bidang kelautan dan perikanan, tentunya ini membuat saya lebih berhati-hati dalam menggunakan plastik sekali pakai. “Tolak Plastik Sekali Pakai” begitulah bunyi campaign-nya.

Saat ini beragam komunitas banyak gembar-gembor pada campaign “sampah plastik” aktivis lingkungan pun mulai banyak show off. Bukan tidak mungkin memang di zaman yang serba digital ini tidak ada satupun jejak digital para aktivis. Bagus kok, saya mendukung :) karena semuanya pasti punya niat dan alasan yang murni terutama alasan untuk menjaga bumi, benar bukan?

Nah, #NiatMurni ini juga dilakukan oleh Ades dan Gojek. Iya, Ades kemasan air minum yang mana bagian dari Cola-cola Indonesia itu. Niat murni yang dilakukan oleh Ades dan Gojek ini sebagai bentuk gerakan nyata melanjutkan inisiatis serta usaha untuk mengelola plastik botol bekas. Nah lho, botol bekas? Iya, program ini langkah bersama untuk membantu masyarakat agar dapat secara aktif lebih memahami dan berpartisipasi dalam upaya peduli lingkungan, tentunya dengan memadupadankan teknologi sebagai platform untuk mendorong ekosistem ekonomi sirkular di Indonesia.


Melalui Ades dan Gojek, kamu bisa dengan mudah mengirimkan kemasan plastik botol bekal ke bank sampah terdekat sehingga dapat memberikan dampak yang baik untuk pemeliharaan lingkungan. Kamu bisa memulainya dari hal yang terdekat yakni limbah rumah tangga, dan dimulai dari diri sendiri yang masih menggunakan air minum kemasan. Simpelnya, kamu mengumpulkan botol bekas dan mengirimkannya dengan inovasi teknologi GoSend dan mengantarkannya ke bank sampah terdekat dengan dukungan dari Waste4Change.




Ayo cung siapa yang masih sering buang sampah sembarangan terutama plastik sekali pakai? Sudah tahu belum jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai 7,2 juta ton dan kamu masih mau menambah sampah plastik sekali pakai? Hmm, bukan main. Buang sampah sembarang bukan hanya menyakiti diri sendiri, melainkan bumi dan mahkluk hidup lainnya, terutama biota laut. Mereka tidak mengonsumsi apapun yang berbahan plastik tapi dengan tidak sengaja justru mengonsumsinya. Gimana sih kalimatnya kok njelimet begini? Sebagai contoh, penyu di laut harus dengan sangan terpaksa mengonsumsi sampah plastik yang kamu buang di laut karena penyu mengira itu adalah makanannya, padahal bukan.


Sebentar, familiar dengan Waste4Change? Nah, Ades dan Gojek juga berkolaborasi dengan Waste4Change yang mana merupakan bagian dari inisiatif #NiatMurni Ades sebagai gerakan nyata yang melanjutkan inisiatif serta usaha mengelola kemasan botol plastik. Ini yang paling ditunggu khalayak, kolaborasi ini memberikan nilai ekonomi juga pada setiap pengiriman kemasan botol plastik. Bagaimana? Baca perlahan 50 kemasan botol plastik bekas yang dikirimkan ke bank sampah akan mendapatkan 2000 poin. Poin tersebut dapat kamu tukarkan dengan token PLN, pulsa, atau GoPay. Sebagai langkah awal, Sinergi #NiatMurni ini akan dijalnkan selama 3 bulan untuk kemudian ditinjau kembali serta melihat perubahan perilaku sudut pandang masyarakat dalam melihat kemasan botol plastik sekali pakai.

Hmm, kalau saya sih sudah setahun belakangan ini selalu menggunakan botol air minum sendiri yang memang sengaja saya bawa dari rumah. Lemari kotak bekal saya penuh dengan botol air minum dan kotak bekal serta rantang. Kenapa? Karena saya sadar akan bahasa sampah plastik. Sederhananya, saya masih ingin anak dan cucu saya menikmati bumi yang hijau dan asri, melihat biota langka yang hanya ada di Indonesia. Biar apapun kebijakan aktivis, pemerintah, dan komunitas apapun kalau tidak dimulai dari diri sendiri tetap akan susah. Intinya, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, mulai dari sekarang.

Anyway, thank you Imawan foto-fotonya.

Palembang,
3 November 2019
Kesayangan Kamu.

Monday 2 September 2019

September 02, 2019 0

Dol, Seni Budaya Bengkulu yang Hampir Punah

dol

Ternyata Bengkulu, enggak cuma Bunga Rafflesia dan Bunga Bangkai saja atau malah kalian tahunya Bengkulu bagian dari Lampung? Kita bahas lain kali, ya' karena pembahasan kali ini mengenai Kesenian di Bengkulu. Belakangan ini (atau hanya saya yang baru tahu) kalau Bengkulu juga dikenal dengan alat musik tradisional yang bernama Dol atau Bengkulu Dol. Konon alat musik ini mempunyai sejarah yang cukup panjang. Salah satu sejarahnya adalah Tabot dan Dol yang katanya dibawa para pendatang dari Madras dan Bengal pada zaman kolonial Inggris.

bernavita

Dol ini dibuat dari kayu atau bonggol kelapa yang mempunyai struktur ringan dan kuat. Mengenai ukuran Dol sendiri cukup besar yaitu 70 cm hingga 125 yang tingginya 80 cm. Dol juga menggunakan alat pemukul, untuk ukurannya berdiameter 5 cm yang memiliki panjang sekitar 30 cm.

dol

dol

Dulunya, Dol ini dimainkan untuk beberapa acara penting seperti perayaan tabot (dari masyarakat Bengkulu hingga keturunan tabot). Yang memainkan Dol juga tidak boleh sembarangan, hanya keturunan tabot saja yang boleh memainkan alat musik ini. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dol sudah boleh dimainkan oleh siapa saja dan di berbagai acara khusus karena sudah dianggap sebagai warisan budaya.

Dol dimainkan dengan 3 (tiga) teknik, diantaranya:
  • Teknik Tamatam,
Dimainkan dengan irama cepat dan konstan yang melambangkan suasana hati senang.
  • Teknik Suwari,

Dimainkan dengan tempo pukulan satu-satu yang menggambarkan sebuah perjalanan panjang.
  • Teknik Suwena,
Dimainkan dengan tempo lambat yang cenderung dengan nuansa sedih.

Pindah dari Dol, sekarang beralih ke Tari Beruji Dol. Secara keseluruhan alar musiknya menggunakan Dol seperti yang telah dijabarkan pada alinea sebelumnya.

Kesenian Beruji Dol ini memadukan gerak tari dengan ketangkasan bermain dol. Tari beruji dol ini dimainkan oleh 5-8 orang perempuan. Para penarinya menggunakan pakaian adat Bengkulu yang kini sudah dimodifikasi dan dilengkapi dengan kain songket berwarna cerah di bagian bawah.

Banyak sekali yang menarik dari Kota Bengkulu ini, baik seni budaya, wisata, dan kulinernya. Jalan-jalan keliling Sumatera tidak lengkap kalau tidak mengunjungi Bengkulu apalagi menikmati pantai Panjang sambil minum degan. Jadi, kapan hendak ke Bengkulu?

Di atas pesawat,
02 September 2019
Kesayangan Kamu.

Wednesday 31 July 2019

July 31, 2019 0

Stay Fame di Fame Hotel Gading Serpong

Liburan? Sudah lama sekali saya tidak merasakan kenikmatan liburan yang hakiki layaknya liburan sejak kembali berkerja dibalik perangkat kecil maupun perangkat besar. Mendengar perpaduan alfabetik dan konsonan “libur” saja saya sudah teramat bahagia. Kenapa? Karena itu artinya saya sudah bisa melepaskan beberapa pekerjaan untuk sementara waktu untuk tidur dari pagi hingga pagi lagi atau sekadar berkumpul dengan keluarga dan/atau justru menghadiri pertemuan penting. Ya, sekitar beberapa bulan lalu saya memaksakan diri untuk pergi liburan dengan cara staycation di salah satu hotel bintang 3 (tiga) yang berada jauh dari pusat kota Jakarta dan tentunya jauh juga dari Planet Namec.

Pernah mendengar Fame Hotel Gading Serpong? Kalau sudah berarti kamu beruntung, kalau belum mari simak ulasan mengenai staycation saya bersama Koh Sinyo, Kak Titi, Kak Leo, Kak Gio, dan Ghana berikut ini.



Fame Hotel Gading Serpong


Dari sub-judulnya sudah jelas sekali berlokasi di Serpong-Tangerang. Dengan lokasi yang cukup strategis Fame Hotel ini dapat ditempuh melalui jalan tol Jakarta Merak dan keluar tol Serpong jika kamu menggunakan kendaraan roda 4 (empat). Namun jika kamu menggunakan moda transportasi kereta listrik seperti saya maka pilihan stasiun pemberhentian kamu adalah stasiun Cisauk yang setelah itu dilanjutkan ojek daring/pangkalan dengan jarak tempuh kurang lebih setengah jam. Psst, katanya stasiun modern Cisauk ini kelak akan terintegrasi dengan terminal baru juga, lho.

Pegawai yang Ramah
Saya punya sedikit cerita ketika menginap di sini, kala itu saya terpaksa datang cukup larut malam karena ada pekerjaan di Jakarta yang harus diselesaikan saat itu juga. Selain itu, perjalanan menuju lokasi yang mana menggunakan kereta listrik juga sedang padat-padatnya sehingga mengharuskan saya terlambat tiba juga. Tapi, semua hilang begitu saja ketika disambut oleh ramahnya para pegawai. Mulai dari petugas keamanan hingga resepsionis semuanya ramah. Dengan senang hati mereka juga memberikan fasilitas untuk membawa beberapa barang saya menuju kamar ketika saya masih ingin di lobi bersama dengan Kak Gio, Ghana, dan Kak Leo. Aduh, meleleh karena keramahan mereka. Belum lagi, dari pihak restoran juga menyiapkan makan malam, padahal sudah larut malam. Makan malam saya hari itu tentunya ditemani oleh Kak Gio, Ghana, Kak Leo, Kak Titi, dan Koh Sinyo sembari bercerita basa basi busuk. Hehehe.

Kamar



Keluar dari lift untuk masuk ke kamar, sepanjang Lorong saya mendengarkan alunan jazz yang enak sekali untuk didengar. Di koridor juga terpampang artis-artis Hollywood papan atas. Dan begitu masuk kamar, saya disambut oleh nuansa hangat dari perpaduan warna yang cantic yakni ungu dan putih. Kebetulan saya mendapatkan kamar dengan jendela dan jendelanya lebar sekali jadi terlihat pemandangan kota dari lantai 3 (tiga) Kamar mandi yang luas bikin nyaman untuk saya yang suka mandi lama-lama.

Fasilitas di Kamar



Saya mendapatkan kamar tipe superior room yang kurang lebih fasilitas kamar hotelnya sama seperti hotel pada umumnya. Fame Hotel Gading menyediakan fasilitas kamar dengan TV LED 26 inch, Wi-Fi yang super kencang, mini desk dengan lampu baca cocok buat yang enggak bisa tidur dan memilih untuk buka laptop seperti saya. Lalu IDD Telephone yang bisa digunakan untuk menelepon kamar Kak Gio untuk fotoin saya. Komplimen 2 botol air minum juga ada as always, kalau masih kurang pihak hotel menyediakan air gallon dekat lift. Cermin sepanjang tubuh manusia juga tersedia di depan pintu kamar mandi. Oh iya, ada quote di dinding langit-langit kamar, lho.

Untuk kamar mandi seperti yang saya bilang pada paragraph sebelumnya, kelengkapannya berupa toiletries yang terdiri dari sabun, sampo all in, sikat gigi dan pasta gigi dengan travel size. Showernya juga menyediakan air panas dan air dingin. Westafelnya lebar pas untuk menaruh segala perlengkapan dan/atau peralatan lengkap juga dengan cermin.

Fasilitas Hotel




Hotel ini menyediakan 6 ruangan meeting, di lantai 1 juga terdapat mini market dengan harga produk yang terjangkau. Kemudian restoran yang diberi nama Popcorn Bites, ruang tunggu dekat resepsionis, dan spot foto yang instagramable.

Restoran










Popcorn Bites nama dari restoran di Fame Hotel mempunyai kapasitas yang lumayan besar sehingga bisa menampung puluhan orang. Ini terbukti ketika saya dan teman-teman berbuka puasa. Restorannya penuh namun enggak sumpek. Dindingnya menarik untuk foto instagramable ditambah hiasan artis-artis ternama serta quote menarik lainnya. Dekorasi dari langitnya penuh dengan nuansa bintang-bintang.

What I like from Fame Hotel Gading Serpong?
  • Lobi, seperti sedang disambut oleh wartawan internasional.
  • Quote di dalam kamar, sebelum tidur baca dan bangun tidur baca juga jadi bikin semangat untuk menjalani hidup. Apakah aku harus memasang quote juga di langit-langit kamarku?
  • Pegawai yang ramah, ramahnya pegawai merupakan salah satu identitas penting untuk sebuah hotel.
  • Lokasi, buat kalian yang suka kuliner jangan lupa berkunjung ke Pasar Modern Paramount karena banyak sekali warung tenda yang menjual berbagai makanan khas mulai dari Pontianak hingga daerah lainnya. Cukup 5 menit berkendara dari Fame Hotel. 
How to go there?
Please follow this maps.



Akhir paragraph saya mengucapkan terima kasih pada Fame Hotel Gading Serpong telah bersedia kami repotkan, tulisan teman-teman mengenai Fame Hotel akan saya sertakan di bawah ini, ya. Dan terima kasih juga pada pembaca Benalicious yang sudah meluangkan waktu untuk membaca ulasan ini. Sampai ketemu ditulisan lainnya. Sehat selalu ya kalian!

Ulasan Kak Leo: Menginap ala Superstar di Fame Hotel Gading Serpong
Ulasan Kak Gio: Disgiovery at Fame Hotel Gading Serpong
Ulasan Kak Titi: Staycation Rasa Famous People
Ulasan Ghana: Pengalaman Menginap di Fame Hotel Gading Serpong
Ulasan Koh Sinyo: Fame Hotel Gading Serpong

14 Juli 2019,
Di pesawat menuju Yogyakarta
Kesayangan Kamu.

Friday 5 April 2019

April 05, 2019 18

Kuliner di Sabang Jakarta Pusat

Beberapa teman datang ke Jakarta untuk menikmati keindahan Monas baik itu pada malam hari ataupun siang hari. Beberapa diantara mereka datang untuk mencari buah tangan yang hendak dibawa ke asalnya. Mereka sibuk mencari sesuatu yang unik selain Monas ketika datang ke Jakarta dan kamu kesulitan untuk membawanya ke mana selain melihat benda yang menjulang tinggi dan selalu dibanggakan oleh seluruh penjuru Indonesia, bukan? Kita sama, bukan dengan senang hati saya harus berada di posisi sama seperti kalian tapi ini benar adanya.

jakarta

Kita tidak pernah hidup sendirian, bukan? Seorang pejalan pasti akan menemui banyak orang ketika melakukan perjalanannya. Mungkin beberapa diantaranya sekelebat mengucap janji, seperti;

“Datang ke Jakarta, nanti saya ajak keliling.”
“Kalau ke Jakarta, jangan lupa untuk hubungi saya.”
“Wah, saya rindu sekali makanan seperti ini. Kalau ke Jakarta, saya ajak makan di tempat favorit saya.”

Adakah yang melakukan itu dan tidak menepati janji tersebut? Benar, seorang teman datang untuk menagih janji. Ia jauh-jauh dari ujung barat Indonesia untuk menikmati kemegahan Monas, menikmati junk food yang hanya bisa ia lihat di layar televisi, melihat arogansi penduduk Jakarta yang seolah hanya mereka yang paling terburu-buru karena di kejar oleh waktu.

Untuk pembaca benbernavita.com yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya, pernah mendengar daerah Sabang? Bukan di Aceh, melainkan di Jakarta Pusat. Kalian paham sekali bahwa di sana adalah surganya kuliner bukan? Mau apa saja semua ada, benar begitu? Penjaja makanan sudah menyiapkan semuanya sejak pukul 18.00 wib, pengunjung mulai berdatangan tepat 18.15 wib. Matahari memang selalu tenggelam setiap hari, pengunjung datang tanpa rasa peluh mengharapkan makanan yang nikmat dan senantiasa menghapus keletihan di hari itu.

jakarta

jakarta

jakarta

jakarta

Ya, inilah kuliner yang berada di jalan Sabang Jakarta Pusat, bisa kita menyebutnya dengan night market. Mulai dari makanan ringan hingga makanan berat semua berada di sana, ketika siang hari mereka menjadi tempat lalu lintas yang mana orang-orang akan sibuk membuat foto atau sekedar bercengkerama dengan klien, kemudian pada malam hari semua berubah menjadi warung-warung tenda. Sekelompok pekerja, menghabiskan malam di sana, tidak peduli dengan apa yang sudah dilaluinya hari itu karena semua sudah berlalu. Dan mungkin inilah beragam kuliner di Sabang, Jakarta Pusat yang dapat dinikmati salah satunya…

1. Soto Ceker


Sebagai penikmati kaki ayam, saya selalu mencoba berbagai sensasi dalam menikmati kaki ayam dan salah satunya soto kaki ayam atau soto ceker. Soto ceker Pak Gendut, salah satu soto ceker paling legendaris di Sabang. Pertama kali menikmatinya di Jalan Jaksa, kemudian menikmatinya lagi di Jalan Sabang, di trotoar Sarinah, hingga masuk ke dalam gang yang berada di Jalan Sabang. Soal rasa? Tentunya berubah-ubah, kadang enak kadang standar kadang biasa saja. Tidak apa, menikmati makanan bukan melulu menyoal pada rasa kan? Bukan penikmat kaki ayam? Kikil, sayap, dan soto ayam juga tersedia tentunya dengan harga yang variatif.

2. Sate Ayam

jakarta

Sate ayam, salah satu makanan favorit pasangan saya. Pertama kali saya mengajaknya makan soto ceker ia memilih sate ayam. Ada banyak sate ayam di Sabang, yang terkenal tentunya ada, yang membuatnya berbeda apa? Tentu soal potongan daging yang disusun, apakah daging semua, apakah lemak, apakah kulit, apakah brutu. Semua tergantung selera pengunjung, ada harga ada rasa. Jika boleh saya jujur, harga sate ayam di Sabang terlalu mahal, lebih banyak lemak ketimbang daging. Berkali-kali kecewa dan enggan kembali.

3. Pempek

Rindu kuliner Palembang yang terkenal sejagat raya Indonesia, ini? Di Sabang juga ada, rasanya mungkin akan sangat berbeda baik itu dari adonan tepung dan ikan dari pempek atau cukonya. Salah satu kerabat bilang kalau cuko itu adalah senjatanya. Harga pempek di sini dibandrol sekitar Rp 15ribu hingga Rp 25 ribu.

4. Nasi Goreng

jakarta

Makanan paling mudah dan tidak perlu bertele-tele. Harga tergantung isi dari keinginan pengunjung, semakin wah semakin mahal.

--

Adakah diantara kalian yang merasa ganjal dengan foto-foto di atas? Ya, foto pada postingan ini saya ambil menggunakan kamera handphone, karena saya kira saya tidak akan menulis blog lagi, makanya kamera saya museumkan. Pertama kali menjepret memang membuat takjub, kenapa seperti itu, tapi bukan saya jika tidak memberitahu kalian apa rahasianya.

Kamera dari handphone OPPO R17 Pro ini harus saya akui memang cukup apik, terdapat kamera utama pada bagian dan memiliki beragam fungsi, seperti; Kamera belakang 20 megapixel dengan optical Image Stabilization (OIS), kamera 12 megapixel, lensa 3D Stereo Camera untuk memberikan efek AR. Belum lagi kamera depan 25 megapixel.

jakarta

Infrared camera, untuk memberikan efek post editing pada wajah supaya lebih presisi dan digunakan sebagai AR Rules dan camera of f/1.5 dan f/2.4 Aperture, supaya menghasilkan gambar dengan komposisi terbaik menurut AI. Should I clap for this phone?

Saya memiliki 3 handphone dan menurut saya handphone OPPO R17 Pro ini amat mumpuni ketika menggunakan mode malam (Ultra Night Mode), hasil fotonya benar-benar detail dan membuat saya terkesima. Amat cocok melakukan fotografi malam hari dengan lampu-lampu ibukota Jakarta yang cantik.

Pernah mendengar SuperVOOC? Salah satu teknologi pengisian daya yang paling cepat dan terdapat di OPPO R17 Pro. Benar saja, ketika handphone tersebut lemah daya (nol persen), hanya perlu menunggu 35 menit untuk kembali penuh hingga seratus persen.


Sudah tertarik untuk punya kamera handphone (OPPO R17 Pro) seperti saya? Yuk, kita sama-sama punya supaya bisa hunting night market lainnya di Jakarta. Pssst, ingatlah bahwa kamera terbaik adalah kamera yang saat ini kamu punya. Penasaran sama productnya? Silahkan cek di link ini ya untuk info lebih lengkap nya 

Friday 11 January 2019

January 11, 2019 2

Sunrise di Torosiaje

gorontalo

Beberapa bulan lalu saya pergi ke Pohuwato. Saya menyisir jalanan nan lika liku menuju Kecamatan Popayato kemudian naik sampan untuk menyeberangi pemukiman Desa Torosiaje. Desa yang berisi dengan suku Bajo. Masih terasa seperti kemarin perjalanan ini dilakukan.

Dimana ada pesisir di mana ada laut di sana ada orang Bajo. Dikaitkan dengan legenda. Asalnya dari tanah Johor. Meskipun belum ada yang memastikan suku Bajo dari mana. Sejauh ini suku Bajo mengatakan bahwa sukunya termasuk dalam sejarah yang hilang. Penyebaran suku Bajo yang terdapat di Indonesia khususnya Indonesia timur karena hilangnya seorang Putri dari Raja Johor. Sekelompok orang-orang kerajaan mandi di sebuah pulau, namun Putri Johor tidak diberikan izin oleh Raja.

Nama Torosiaje berasal dari 2 suku kata toro dalam Bahasa Bugis koro: Tanjung. Siaje hanya penyebutan dari si haji. Suku Bajo identik dengan suku Bugis. Adat, kearifan lokal, Bahasa, dan kata. 

Torosiaje menjadi kunjungan pada hari kedua dalam rangkaian perjalanan ini. Setelah sebelumnya harus naik turun kereta listrik yang harus penuh waspada karena kamera dan laptop berserakan di dalamnya, berganti kendaraan online, berpindah tempat, naik turun pesawat, naik turun mobil menempuh perjalanan berjam-jam hingga akhirnya tiba di Torosiaje. Saya jadi teringat kata Kak Ajo, teman perjalanan saya sekaligus mentor menulis saya. Ka Ajo pernah berkata

“Bena, selama kamu melakukan perjalanan dan berhari-hari bahkan berminggu-minggu lamanya terkadang jadi terbiasa bahkan terlalu biasa. Pindah dari kereta satu ke kereta lainnya, bus ke bus, pesawat ke pesawat, mobil ke mobil, kapal ke kapal. Apa yang kamu rasakan, apa yang kamu lakukan, secara fakta semuanya berubah menjadi rutinitas. Semula yang awalnya menyenangkan, kini menjadi hal biasa bahkan kamu sendiri jenuh."

Memang benar, tapi perjalanan ke Torosiaje menghilangkan rasa bosan itu. Rumah panggung yang tertata, tawa anak kecil yang menyeruak di tengah tenangnya air laut, hamparan laut yang terpampang nyata di sekitar penginapan. Itu semua membuat saya menantikan hal terindah perdetiknya.

gorontalo

Tak puas dengan sunset yang di dapat, saya mengesalinya, keesokkan harinya saya bangun lebih pagi dari biasanya. Entah mengapa pupil seperti disentuh untuk segera bangun. Matahari menyinari semua rumah panggung di sekitar. Cahaya kuning keemasan cukup membuat mata sejuk. Dinginnya air laut pagi itu saya tantang untuk terus mengabadikan setiap gerak-gerik awan. Seperti sangat disayangkan untuk dilewatkan. Penginapan menjadi ramai dengan kawan-kawan lain yang ingin mengabadikan hal sama. Matahari semakin menunjukkan sisi sempurnanya, sunyi itu menjadi riuh dan membuat kami harus segera berkemas untuk berkeliling ke pulau selanjutnya.

Sabang 16,
18 Juli 2017
Kesayangan Kamu. 

**
Postingan ini dalam rangka memajukan Pohuwato menuju digital bersama dengan Pemerintah Daerah Pohuwato, Gorontalo dalam hashtag #PohuwatoGoesDigital